PENDAPATAN NASIONAL (NASIONAL INCOME)
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA
PENDAHULUAN
Pendapatan
nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh
Rumah Tangga Keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor
produksi dalam satu periode, biasanya selama satu tahun.
Selain
bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan
data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki
manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur
perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk
menggolongkan suatu negara menjadi Negara industry, pertanian, atau Negara jasa.
Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa
Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara
industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan
sebagainya.
Disamping
itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya
kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya
sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya.
Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari
waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan
sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.
PEMBAHASAN
Pertumbuhan
ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu dan dapat dikaitkan juga
sebagai keadaan kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi.
Namun masalah besar yang dihadapi negara
berkembang adalah disparitas
(ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya
distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan
awal dari munculnya masalah kemiskinan.
Apabila dihitung pendapatan per-tahun, di daerah
DKI Jakarta sudah terhitung kedalam kategori pendapatan daerah yang maju.
Namun, bagaimana dengan dareh lain ? Sangat jauh dibawah standar. Hal ini
menunjukkan lemahnya Job Distribution di
dalam Indonesia. Lapangan pekerjaan banyak tersedia di DKI Jakarta, sehingga
banyak masyarakat luar daerah yang berbondong – bonding pergi ke Jakarta untuk
mencari pekerjaan. Hal ini menimbulkan tidak meratanya persebaran penduduk di
Indonesia dan tingkat kriminalitas di daerah Ibu Kota juga meningkat karena
tingginya angka presentase pengangguran.
Kebijakan
fiskal dalam perekonomian dituangkan dalam bentuk pos-pos yang tercantum pada
dua sisi yaitu penerimaan dan belanja pemerintah. Fungsi fiskal meliputi tiga
aspek penting yang mencerminkan peran pemerintah dalam perekonomian yaitu
sebagai fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Menurut Romer
(1996), secara simultan fungsi fiskal bertujuan untuk menciptakan kondisi makro
ekonomi secara kondusif dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, penciptaan tenaga kerja
yang sekaligus menekan jumlah pengangguran, pengendalian tingkat inflasi, dan
mendorong distribusi pendapatan yang semakin merata
Sama halnya dengan negara lain,
Indonesia yang berpenduduk sangat banyak tetapi berpenghasilan sedikit
mempunyai masalah pendapatan nasional. Hal tersebut dikarenakan tidak meratanya
angka distribusi pendapatan yang mampu menaikkan jumlah GNP ataupun GDP.
Menurut A. Kholil Ashari sebagai tokoh pemikir
perekonomian Indonesia dalam jurnalnya tentang ‘distribusi pendapatan nasional’’, diterbitkan pada tanggal 9 Juni
2011 secara umum yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan yang sedang terjadi di negara-negara
sedang berkembang di dunia
antara lain:
a) Pertambahan
penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita.
b) Inflasi, dimana
pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan
pertambahan produksi barang-barang.
c) Ketidakmerataan pembangunan antar
daerah.
d) Investasi ditanamkam pada
proyek-proyek yang padat modal, sehingga persentase pendapatan dari dari harta
tambahan besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari
kerja, sehingga pengangguran bertambah.
e) Rendahnya mobilitas sosial.
f) Pelaksanaan kebijaksanaan industri
subsitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri
untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
g) Memburuknya nilai tukar (terms of
trade) bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan
negara-negara maju, sebagai akibat ketidak elatisitasan permintaan
negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor negara sedang berkembang.
h) Hancurnya
industri-industri kerajinan rakyat seperti industri rumah tangga.
Berdasarkan
pengalaman yang lalu, pemerintah membuat kebijakan yang mendorong angka
kemiskinan menyusut secara cepat dan menurunkan tingkat ketimpangan
distibusi pendapatan nasional yaitu :
1.
Pembangunan
sektor pertanian, karena sebagian besar penduduk Indonesia masih sangat
bergantung dengan sektor pertanian. Pembangunan sektor pertanian bisa meliputi
penggunaan teknologi yang lebih berkualitas guna meningkatkan produk atau
output yang dihasilkan ataupun bisa dengan cara pelatihan dan pemberian
pengetahuan tentang pertanian kepada para petani mengingat masih minimnya
pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh para petani.
2.
Investasi
pemerintah di sektor peningkatan sumber daya manusia yang merupakan salah
satu faktor terpenting dalam pembangunan, karena apabila para penduduk
Indonesia mempunyai kualitas sumber daya manusia yang tinggi, maka pertumbuhan
ekonomipun akan bisa lebih dimaksimalkan.
3.
Pembangunan
untuk pertumbuhan sektor industri yang bisa menyerap banyak tenaga kerja yang
ada di Indonesia yang berdampak pada menurunnya tingkat pengangguran yang ada
di Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah utama di
Indonesia.
4.
Membangun
sesuai dengan dimensi kemiskinan yang berbeda di setiap daerah, hal ini
dilakukan agar terjadi keseimbangan pembangunan antar daerah, tidak hanya
beberapa daerah yang mengalami kemajuan pesat dan berkembang, namun
daerah-daerah lainpun bisa ikut berkembang yang menjadikan pendapatan daerah
tersebut naik sekaligus kesejahteraan masyarakat yang ada di dalamnya.
5.
Mendorong
peran mekanisme pasar dan integrasi pasar domestik dan internasional, hal ini
dilakukan agar bisa lebih memaksimalkan potensi dari pasar domestik terhadap
pasar internasional yang bisa meningkatkan output atau ekspor suatu komoditi.
6.
Memperkuat empowerment dari
sisi permintaan untuk meningkatkan artisipasi kelompok miskin dalam hal
pendidikan, kesehatan, listrik, air bersih dan sanitasi, dan sarana
infrastruktur lainnya mengingat hal ini menjadi salah satu faktor utama
dalam kelangsungan proses produksi.
7.
Meningkatkan
dan memperbaiki efektivitas desentralisasi karena sampai saat ini
kebijakan sistem desentralisasi atau otonomi daerah belum mencapai hasil yang
maksimal dan belum bisa dikatakan sesuai yang diharapkan. Padahal tujuan awal
dari otonomi daerah adalah supaya setiap daerah lebih bebas dalam mengatur
pemerintahan daerah itu sendiri baik dalam sektor ekonomi maupun lainnya agar
tiap antar daerah bisa memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Hal
tersebut membuahkan hasil dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di-Indonesia.
Seperti yang disajikan oleh tim dosen yg terdiri dari Dewi ernita, SE, ME
dan Prof. Dr. Syamsuk Amar B, MS , serta Dr. Efrizal Syofyan, SE,
M.Si, Ak , dalam jurnalnya tentang ‘Analisis
Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Konsumsi di Indonesia, yang diterbitkan
pada tahun 2013 diketahui bahwa selama periode tahun 2000–2010 tersebut,
pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 6,35%.
Kenaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diduga diakibatkan oleh pengaruh
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah peningkatan
konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan net ekspor. Disamping itu,
pertumbuhan ekonomi Indonesia terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 4,58%.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini diduga dikarenakan oleh
turunnya konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan net ekspor. Hal ini
menggambarkan bahwa pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2010 kondisi
perkembangan ekonomi Indonesia berada di atas rata-rata. Kondisi ini
menggambarkan bahwa periode tersebut persentase perkembangan ekonomi Indonesia
membaik.
Konsumsi
terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu 3,2%. Masalah ekonomi yang berdampak
pada perekonomian Indonesia membuat perkembangan pendapatan masyarakat menurun
yang akhirnya membuat daya beli masyarakat juga menurun. Namun perkembangan
konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu 5,3%. Kondisi ini menunjukkan
keadaan perekonomian di Indonesia mengalami peningkatan, sehingga daya beli
masyarakat meningkat.
Perkembangan
investasi mengalami nilai terendah pada tahun 2003 yaitu mencapai 0,60%.
Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya tingkat suku bunga Indonesia,
serta belum begitu membaiknya perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi
Indonesia tahun 1997/1998 yang mengakibatkan minat investor berinvestasi rendah
pada tahun 2003.
Menurut Sadono
Sukirno, secara statistik, investasi atau penanaman modal dapat digolongkan
menjadi 3 komponen yaitu :
(1) Investasi tetap pengusaha yang
terdiri dari pengeluaran perusahaan untuk
mesin-mesin, perlengkapan, bangunan
dan lain-lain yang bersifat tahan lama;
(2) Investasi untuk perumahan khususnya
rumah tempat tinggal;
(3) Investasi yang berupa
penambahan persediaan (inventory).
Perkembangan
pengeluaran pemerintah terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 0,3%.
Namun perkembangan pengeluaran pemerintah tertinggi terjadi pada tahun 2009
yaitu sebesar 15,7%. Kemungkinan kondisi ini disebabkan oleh meningkatkan
perekonomian Indonesia. Pengeluaran pemerintah sebagai salah satu instrumen
kebijakan fiskal menjadi prioritas utama bagi pemerintah. Sedangkan
perkembangan net ekspor Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu naik
sebesar 47,5% dari tahun sebelumnya. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh
pendapatan masyarakat yang meningkat sehingga meningkatkan daya beli terhadap
produk domestik Indonesia.
Peran
aktif pihak swasta juga sangat membantu dalam hal tersebut. Beberapa cara yang
dilakukan oleh pihak swasta dalam membantu pemerintah Indonesia dalam
meningkatkan GNP adalah :
1.
Menjamin
Penyediaan Barang dan Jasa Untuk Masyarakat
2.
Menyediakan Lapangan Pekerjaan Sebagai Sumber
Nafkah
Menurut Achma
Hendra Setiawan sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi UNNES dalam jurnalnya
tentang ‘analisis penyerapan tenaga kerja
pada sector Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ’ yang terbit perdana pada bulan
September 2008, jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai output dan upah
minimum secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja.
Jumlah unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kota secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap terhadap jumlah tenaga kerja, sedangkan nilai output tidak berpengaruh
signifikan terhadap jumlah tenaga kerja.
Tidak mau kalah dengan swasta, pemerintah juga
membuat beberapa program bantuan yang dikhususkan untuk masyarakat dalam
mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan nasional. Program tersebut adalah
:
1.
Pajak Pendapatan Progresif
Pajak pendapatan progresif diterapkan pada masyarakat
dengan pendapatan lebih tinggi dan nilai lebih tinggi. Biasanya pendapatan
marginal dipajaki pada nilai yang secara marginal lebih tinggi (Gorman, 2009:193).
2.
Program
Bantuan Publik
Kebijakan lain yang bisa diambil oleh pemerintah
adalah dengan pemberian bantuan publik baik berupa bantuan tunai langsung
ataupun berupa subsidi untuk berbagai komoditi pokok yang menjadi kebutuhan
dasar masyarakat. Kebijakan seperti ini bisa diambil guna membantu rumah tangga
yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan mereka, sehingga mereka tetap
bisa menikmati dan memperoleh barang dan jasa kebutuhan mereka.
3.
Program
Pengembangan Ekonomi
Program pengembangan ekonomi ini bisa berupa
pengembangan usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat atau UKM agar UKM tetap
bisa bertahan dengan persaingan perusahaan-perusahaan dengan modal besar yang
cenderung mendominasi pangsa pasar yang ada. Program pengembangan ekonomi ini
bisa berupa pemberian KUR (Kredit Usaha Rakyat) ataupun
pemberian kredit lunak untuk masyarakat yang ingin membuka usaha serta adanya
bantuan pembinaan dan jaminan dari pemerintah baik secara teknis maupun
pelayanan dalam mengembangkan usahanya.
4.
Mengelola Perekonomian
Kebijakan mengelola perekonomian ini salah satunya
bisa berupa intervensi pemerintah, peran pemerintah sebagai fasilitator untuk
masyarakat dan UKM serta sebagai regulator untuk perusahaan besar menjadi
sangat penting karena hal ini akan menciptakan keseimbangan antara kedua belah
pihak. Penetapan pajak bagi perusahan besar dan individu yang mempunyai
disiplin kerja yang tinggi juga berpengaruh terhadap distribusi pendapatan
nasional secara merata.
Konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah,
dan net ekspor secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Sementara itu, secara parsial konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, dan net ekspor berpengaruh signifikan dan positif
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Artinya, apabila terjadi peningkatan
terhadap konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan net ekspor maka
pertumbuhan juga akan mengalami peningkatan. Sebaliknya jika terjadi penurunan
terhadap konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan net ekspor maka
pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga akan mengalami penurunan.
Hal ini
bisa digambarkan dengan bentuk persamaan :
Y = C + I + G + (X-M) dimana : Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran
Pemerintah
X = Eksport
M = Import
Menurut
Hendrin H. Sawitri, seorang mahasiswa di Universitas Terbuka pada
jurnalnya tentang ‘Dampak Defisit
Anggaran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi” yang diterbitkan pada bulan maret
tahun 2006, Gambaran mengenai efek kebijakan fiskal terhadap perekonomian dapat
dilihat pada tiga bentuk analisis sebagai berikut :
(1) menaikkan pengeluaran
pemerintah (G) untuk membangun infrastruktur,
(2) menambah subsidi dan
pembayaran transfer, dan
(3) mengurangi pajak pendapatan
(T).
Perubahan ini bisa mendorong
pertumbuhan Pendapatan Nasional secara ekspansif, misalnya efek transfer dan
penurunan pajak akan menambah konsumsi sehingga pendapatan nasional meningkat.
KESIMPULAN
Setelah mempelajari dan memahami ketiga jurnal
tersebut, kami dapat menarik kesimpulan bahwa sumber masalah dari Pendapatan
Nasional di Indonesia adalah pendapatan di tiap daerah yang tidak merata
dikarenakan lapangan pekerjaan yang tidak memadai atau Job Distribution di tiap daerah berbeda beda. Dengan adanya hal
ini, maka terjadi ketidakseimbangan pendapatan di seluruh provinsi di
Indonesia.
Solusinya adalah mendistribusikan pendapatan
dengan cara kerja-sama antara perusahaan swasta dengan UKM atau masyarakat
dimana perusahaan besar sebagai penyedia modal dan pengelola, sedangkan UKM dan
masyarakat berperan sebagai mitra usaha atau pelaku usaha dalam lingkungan
pengelolaan perusahaan besar. Pemerintah berfungsi sebagai pengawas sekaligus
regulator. Selain itu pemerintah juga bisa membuat kebijakan bagi perusahaan
besar yang akan ekspansi usahanya untuk mengikutsertakan masyarakat sebagai
bagian perusahaan, baik sebagai tenaga kerja atau penyedia bahan baku, hal ini
bisa melalui pelatihan dan pengetahuan sehingga akan membuka lapangan pekerjaan
baru yang bisa mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatan kesejahteraan
kehidupan masyarakat yang akan diikuti oleh naiknya pendapatan nasional.
thanks ya infonya !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id